Kumpulan Cerita Sex 2018 - Seperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar
Evi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang
sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan
akupun menutup pintu kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di
Denpasar karena sedang ujian akhir.
Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar mandi.
"Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan.
"Kamu
marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di
Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin
kamu puas hari ini. Aku akan.
"Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki." Rayuku.
Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.
"Vi,
ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa
kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium
vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan
penisku".
Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.
"Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi". Akupun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka.
Ketika
gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum
dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan
ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Silvi, kakak Evi, yang
baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink
dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari
belahan bathropenya.
Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah
terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat
menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya
agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya.
Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Evi, karena aku belum
pernah menyentuhnya.
"Evi sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan" Kata Silvi sambil memainkan tali bathrope-nya.
"Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku"
"Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi" Kataku sambil mataku memandang wajah Silvi.
Rambutnya
yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang
terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis
yang terawat rapih. Kalau menurutku Silvi boleh mendapat angka 8 hingga
8,5.
"Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak,
buat Mbak puas, memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?"
Tanya Silvi memancingku.
"Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih"
Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur.
Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku
melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru
selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat
menggoda.
"Kamu sudah lama make love dengan Evi, Ren?" Tanya Silvi
ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab,
setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya.
"Tubuh Mbak harum sekali", kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.
Silvi
menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan
mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Silvi pun membalas
ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga
mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Silvi
semakin hangat.
Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath
robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman
kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun
makin mengeras dan putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya
dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya.
Aku pun mengubah
posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di tempat tidur sambil terus melumat
bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan
mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat
bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti
mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri
sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang
sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun.
Payudaranya
yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah
naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang
kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi,
mungkin Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan
yang sangat indah.
"Hh" Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku
pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi
keindahan tubuhnya.
Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku
mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun
turun ke lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku
pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya.
Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling
payudaranya.
Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke
pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk
memancing reaksi Silvi. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya,
kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan
tanganku pun ditarik oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya.
"Elus dong Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren" Ucapnya sambil mendesah.
Bibir
vagina Silvi sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang
bibir kemaluan Silvi, dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku
yang masih berada di payudaranya.
"Ahh, terus Ren", Pinggulnya
makin bergyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat.
Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakn basah.
"Ohh Ren enak sekali Ren", desah Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat.
Jariku
pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba
masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat
membuatku semakin terangsang.
"Ahh Ren", Silvi pun merapatkan
kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan
jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah.
Remasan
tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang
menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun
melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur.
Kesempatan
ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana
jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena
masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD
saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas
tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di
atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.
Dengan
posisi ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap
sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi
vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga
bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali.
"Ahh Ren, enak
Ren", racau Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di
sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya
yang harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika
kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang
hebat.
"Terus Ren", desahnya. Tanganku yang sedang meremas
pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak
meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus
menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun
bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi
pun menalami orgasme yang kedua.
"Ahh Ren, aku keluar Ren", aku
pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun
kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium
bibir Silvi yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.
Lama
kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan
vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat
keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada
disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok
penisku perlahan-lahan.
"Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi" Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami.
Sambil
masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Silvi bisa leluasa
mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Silvi dan
menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak
dibandingkan dikocok.
Perlahan aku mulai mengarahkan penisku
kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun sedikit
terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih
sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya belum
terbiasa dengan penisku.
"Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali
sayang" Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun
semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi
bagian belakang lehernya.
"Ahh.." desahnya semakin menjadi.
Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku
semakin cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke
bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku
sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur.
Setelah
seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas
payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang
pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat.
Goyangan Silvi pun
semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan
pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan
goyangan pinggul Silvi yang semakin liar.
"Ren.. Kamu hebat Ren..
Terus Ren.. Penis kamu besar keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang
lebih cepat lagi Ren.." begitu racau Silvi di sela kenikmatannya.
Aku
pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak
dari Evi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada
di dalam vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak
beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku.
"Mbak aku mau keluar Mbak" Kataku.
"Di
dalam aja Ren biar enak" desah Silvi sambil tangannya memegang pantatku
seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun.
"Ahh" Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya.
Tangan
Silvi menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia
masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium
bibir Silvi. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih
dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga
cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.
"Kamu hebat Ren, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya" Kata Silvi.
"Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi." Ucapku.
"Memang vagina Evi enggak" senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya.
"Sedikit
lebih sempit Mbak punya dibanding Evi" jawabku sambil menggerakkan
penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin
melanjutkan lagi pikirku.
"Penis kamu masih keras Ren?" tanya Silvi sambil memutar pinggulnya.
"Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku
"Mau tapi Mbak diatas ya" Kata Silvi.
"Cabut dulu Ren"
Setelah
dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan mencium penisku, Silvi mengulum
penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali
terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi
yang harum membuatku melupakan Evi sementara waktu.
Hari itu
sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Silvi,
entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap
malam selama Evi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2
bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.
ada orang
aku
baru
didalamnya
Evi
halnya
kamar
Ketika
kuliah
kulihat
pulang
Seperti
sore itu
terbuka
tetapi
tidak
0 comments:
Post a Comment